Seiring bergesernya makna otaku yang semula hanya dilabeli untuk seseorang yang terobsesi dengan hal yang berbau anime, kini muncul “otaku-otaku” lainnya yang juga diterapkan untuk para penggemarhardcore video, penggemar teknologi, dan bahkan penggemar mobil.
Dengan banyaknya hobi yang mengatasnamakan otaku, apakah para otaku di atas dapat mengendalikan pengeluaran untuk hobinya tersebut? Lalu bagaimana agar kita dapat menekan angka pengeluaran untuk hobi kita? Mudah, karena sekarang ada rumus matematika untuk mengetahui apakah hobi otaku kalian baik untuk kondisi keuangan kalian.
Nomura Research Institute, sebuah cabang dari rumah investasi Nomura Securities, baru-baru ini menerbitkan sebuah studi pada belanja konsumen. Di antara kategori data dipecah menjadi “hobiotaku,” yang kemudian disempurnakan menjadi beberapa sub-klasifikasi untuk otaku (anime, video game, komik-manga), otaku hardware atau software (komputer dan peralatan audio/video), otaku outdoor(mobil, kamera, kereta api, bepergian), dan otaku fashion (pakaian, selebriti terkait tiketmerchandise/event).
Sebuah contoh otaku yang mengumpulkan aksesoris Arashi yang tentu saja didapat dengan mengeluarkan uang yang tidak sedikit.
Beberapa di antaranya, seperti fashion dan perjalanan, yang secara tradisional tidak dianggap kegiatanotaku, mengingat tujuan masing-masing berinteraksi dengan orang lain. Namun, untuk tujuan penelitian, Nomura Institute tampaknya telah secara luas mengklasifikasikan sebagai pengeluaranotaku setiap pengeluaran discretionary intensif.
Berdasarkan definisi ini, perencana keuangan Shunsuke Yamasaki, yang mengaku sendiri sebagai seorang otaku manga, telah mengembangkan tes matematika mudah untuk menentukan apakah hobiotaku kalian mengalami efek buruk pada kondisi ekonomi kalian. Rumus untuk menghitung koefisien otaku kalian, seperti Yamasaki menyebutnya, adalah sebagai berikut:
Koefisien otaku = (pengeluaran bulanan otaku hobi ÷ (pendapatan sebelum pajak bulanan) x 100
Yamasaki menjelaskan bila koefisien yang seimbang adalah sama dengan atau kurang dari 10, apabila di atas itu atau mencapai angka 20 maka bergerak ke zona bahaya. Dan itu dialami oleh teman sekelas kuliah Yamasaki yang demi hobi otaku-nya dia rela untuk memotong jatah uang makan siangnya.
Rumus Yamasaki itu hanya menghitung berapa persen dari pendapatan sebelum pajak kalian yang kalian habiskan untuk hobi. Tapi rasanya rumus ini akan menjadi tidak berguna apabila level “ke-otaku-an” kalian sudah mencapai high level.
CR: JapaneseStation.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar